
Kabar dari China tentang GW250 ternyata selain diharepin beberapa orang, juga disayangkan oleh beberapa orang yang lain. Yang disayangkan ketika melihat spesifikasinya adalah berat ni mongtor yang mencapai 180kg, jauh lebih berat dari motor berkubikasi saya yang dijual di Indonesia (NInja 250 dan CBR250) yang beratnya hanya di kisaran 160kg-an. Nah ini, yang notabene naked bike bukannya biasanya lebih ringan, wong sama aja Ninja atau CBR dicopot fairingnya tho?
Menanggapi sikap yang menyayangkan tersebut, saya jadi berfikir, sebenarnya berapa sih berat motor yang ideal untuk orang Indonesia itu? Apa benar 180kg dianggap terlalu berat?
Saya mencoba mengkalkulasi beberapa berat motor sport yang dijual dipasaran, dan ini hasilnya:

Dari gambar di atas, terlihat bahwa motor paling berat hanya seberat 169kg (ninja 250). Jadi, jika orang yang sudah menganggap bahwa Ninja 250 itu sangat berat, maka GW250 dipastikan juga akan terasa sangat berat.Tapi benarkah demikian?
nah, ada satu cara untuk mengukur berat motor yang cocok untuk kita gunakan. kita bisa langsung saja membagi berat motor dengan berat rata-rata si pengendaranya untuk mengetahui rata-rata berat motor yang bisa diterima si pengendara. Misalkan rata2 penyemplak Ninja 250 berat badannya minimal adalah 84kg, maka bisa dibilang bahwa 1 orang bisa menahan motor hingga 2kali berat badannya(169kg/84kg).
Lalu, apa untuk motor lain juga berlaku?
Jika melihat berat motor bebek dan matic yang dikisarang 90 hingga 110kg, mak memang terlihat bahwa orang dengan berat badan dibawah 50kg pun mampu mengendalikan motornya dengan mudah, so bisa dianggap juga bahwa memang seseorang mampu mengendalikan motor dengan mudah di kisaran 2 kali berat badannya.
Jadi, melihat hitungan diatas, maka bisa dianggap bahwa penyemplak GW250 minimal ya berat badannya 90kg. Dan melihat kondisi saat ini, sepertinya di Indonesia sudah banyak orang dengan berat badan segitu, apalagi biasanya orang tsb sudah mapan, punya penghasilan sendirilah. So, sesuai dengan pasar ni mongtor, karena toh orang yang mo nyemplak GW250 harusnya sudah siap dengan harga yang akan ditawarkan.
Dan saya pun hanya bisa meringis, karena berat badan saya cuma 88kg dan saya harap bisa turun lagi, sedikit kurang dari hitungan. Tapi melihat pengalaman kemarin-kemarin, saya aja ngerasa berat waktu harus menegakkan Honda Tiger yang miring, padahal beratnya gak nyampe 140kg. So, apa dengan berat GW250, saya bakal mampu?
Namun, sepertinya saya tidak perlu kecewa, karena setelah membaca tulisan ini dan ini, saya mengambil kesimpulan bahwa berat motor yang dapat ditanggung seseorang tidak melulu tergantung berat badan pengendara, tapi lebih tergantung pada titik berat motor. Motor dengan titik berat rendah akan lebih menguntungkan di kemacetan karena akan terasa lebih ringan. Sedangkan motor dengan titik berat tinggi macam trail jelas akan susah dipake dikemacetan.
So, jika memang GW250 dirilis di Indonesia, maka perlu ditilik juga dimana titik berat motor tersebut. Jika cukup rendah bisa saja orang dengan berat badan 60kg pun akan dengan mudah mengendalikan ni mongtor, meskipun berat mongtornya 180kg.
Jadi, memang sudah seharusnya Suzuki memikirkan ini, dan saya yakin memang titik berat nih mongtor sudah dirancang sebagaimana hingga gampang dikendarai.
Ya, intinya semuanya sih tergantung titik berat motornya, makin rendah, makin lakulah nih mongtor kalo dijual di negeri ini, karena toh orang dengan berat kecilpun akan mampu menggunakannya. Jadi, meski sampeyan kecil, jangan kecil hati dulu lah, kita tunggu gimana nanti saja.

Dan bagi Suzuki, kapan nih GW250 bakal dipasarkan dinegeri ini?
Itu saja!
NB: Titik rendah harusnya juga berlaku untuk Next All New Tiger, soalnya Tiger sekarang rasanya terlalu berat.