Dalam suatu kesempatan, Wakil Kepala Badan Intelijen Negara, As`ad Said Ali, merasa prihatin dengan menurunnya pengetahuan warga Indonesia tentang Pancasila.
Saya jadi teringat dengan para anggota DPR yang pada suatu acara di televisi ditanyai tentang bunyi Pancasila, dimana mereka tak bisa menjawab, ada yang salah urutan, atau gak mau jawab pake alasan masalah itu bukan pertanyaan yang patut ditanyakan lagi.
melihat itu, saya merasa prihatin juga karena bukankah guru SD kita mengajarkan hal itu sebagai bukti nasionalisme kita? menghapal Pancasila bukanlah sekedar biar lulus ujian PPKn, tapi mengajarkan tentang nasionalisme dan nilai lulur bangsa?
Bagi sebagian kalangan, keprihatinan tersebut mungkin dipandang sebagai sikap konservatif semata. Namun, dalam konteks berbangsa hal itu merupakan fakta bahwa kredibilitas Pancasila sedang merosot. Pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PPKn) hanya dianggap sebagai pelengkap kurikulum. Para pendidik pun hanya mengajar mata pelajaran yang menentukan kelulusan. Akibatnya, kredibilitas Pancasila jatuh sebagai barang pusaka dan hanya sekadar azimat politik, dimana para politikus sendiri sekedar memakai simbol dan istilahnya tanpa tahu makna(bagaimana mau tahu makna kalo inget aja gak).
Memang benar merosotnya kredibilitas Pancasila salah satunya disebabkan karena asosiasi-asosiasi negatif terhadap penerapan Pancasila pada masa lalu(baca: Orde baru). Padahal sebagai dasar negara, Pancasila adalah barometer moral dimana kerangka kewarganegaraan harus didasarkan.
Pancasila hanya dijabarkan dalam kebijakan, aturan, dan undang-undang, yang justru dalam pelaksanaannya malah menyimpang dari sila-sila Pancasila.
Lalu bagaimana dengan butir-butir Pancasila? masihkah ada yang tahu apa isinya? Butir-butir Pancasila yang sejatinya merupakan penjabaran Pancasila yang dilakukan secara akademik, atau lebih implisit melihat lebih ke dalam nilai-nilai dalam Pancasila kini tak ada artinya lagi. terhapus seiring reformasi. Saya masih ingat waktu guru SD saya bilang bahwa semula butir-butir Pancasila itu totalnya ada 36 tetapi kemudian ditambah menjadi 45, entah apa maksudnya saya lupa bagaimana guru SD saya dulu menjelaskan.