Bicara soal Bajaj Pulsar 220, saya jadi inget saat pertamanya dilauncing di negeri ini. ” Buat yang suka kencang” begitu tagline motor kasta tertinggi Bajaj.
Pertama mendengarnya, sebenarnya gak kepikiran apa-apa. Cuma ngerasa gak enak di denger aja. ATPM kok ngajarin ngebut, padahal jelas Bajaj belum ikutan balapan di sirkuit. Jadi, tagline itu rasa-rasanya membuat saya merasa Bajaj mengajak konsumen pembeli P220 buat ngebut di jalanan. Bagi saya yang gak beli P220 sih gak terlalu masalah, paling was-was aja kalo ketemu P220, takut pengendaranya negbut di jalanan sempit trus nyenggol saya.
Selama ini saya punya pandangan baik buat para pengendara Pulsar, kecuali setelah ada insiden beberapa waktu lalu (baca disini).
Namun, setelah membaca berita dari detik oto disini, saya jadi ragu dengan niat baik Bajaj masuk Indonesia.
dalam berita di detik oto itu disebutkan bahwa
“Kami belum akan menggunakan sistem injeksi,” ujar Vice President Director, Dinesh Kulkarni, di Jakarta, Kamis (8/12/2011).Dinesh pun mencoba menjelaskan apa yang menjadi alasan produk Bajaj tidak akan menggunakan sistem injeksi di varian mereka. “Tidak menggunakan injeksi pun mesin kami irit dan masih mampu mengeluarkan tenaga besar,” tambahnya (Detik oto).
Nah lho, apa ATPM lain make mesin injeksi tu sekedar buat ngirit aja? Bukan sekedar itu coy…. Injeksi salah satu alasannya buat menyongsong aturan Pemerintah tentang standar emisi Euro 3 tahun 2013. Lah ini malah njawabnya tentang irit. Iritnya motor berinjeksi itu adalah side effect aja coy… Tujuan make injeksi tu biar pencermaran udara gak makin parah, biar manusianya bisa bernafas dengan lebih banyak menghirup Oksigen, bukan biar motor irit dan tenaga gedhe.
Naiknya tenaga karena make mesin injeksi tu ya sama aja kayak iritnya, keduanya sekedar efek samping yang baik aja. Tujuan utamanya ya biar langit negeri ini makin bersih.
Dua hal di atas membuat saya berfikir kembali tentang komitmen Bajaj di Indonesia, sekedar urusan bisnis atau ada kepedulian dengan negeri ini. Dan ternyata jelas hanyalah masalah bisnis semata. Dan saya menyebutnya sebagai pembodohan otomotif ala Bajaj. Jika kata “pembodohan otomotif tidaklah benar, maka mungkin ada yang menyarankan saya menggunakan kata lain? Karena saya sejujurnya tidak terlalu tahu pasti apa maksud “pembodohan otomotif”
Oya, jika memang produk Bajaj sudah memenuhi standar Euro 3, kenapa tidak bilang kalo mereka tidak memakai mesin injeksi karena produknya sudah lolos standar emisi?
Atau
Kalo memang Bajaj merasa tidak perlu memakai mesin injeksi untuk lolos Euro 3, kenapa juga gak bilang kalo Bajaj gak perlu make mesin injeksi karena ada tambahan alat yang bisa bikin produk Bajaj lolos Euro 3?
Lha
Kok malah bilang gak mau make mesin injeksi karena motor Bajaj sudah irit dan tenaga gedhe?
Hmmmmm….
Itu saja!
NB: ide diambil dari tulisan ini.